BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika
adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan interkasinya dengan
bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi. Peran matematika
dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan perlatan yang digunakan.
Ilmu matematika sekarang ini masih banyak digunakan dalam berbagai bidang
seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang
sosial maupun teknik. Mengingat peranan matematika yang semakin besar dalam
tahun-tahun mendatang, tentunya banyak sarjana matematika yang sangat
dibutuhkan yang sangat terampil, andal, kompeten, dan berwawasan luas, baik di
dalam disiplin ilmunya sendiri maupun dalam disiplin ilmu lainnya yang saling
menunjang. Untuk menjadi sarjana matematika tidaklah mudah, harus benar-benar
serius dalam belajar, selain harus belajar matematika, kita juga harus
mempelajari bidang-bidang ilmu lainnya. Sehingga, jika sudah menjadi sarjana
matematika yang dalam segala bidang bisa maka sangat mudah untuk mencari pekerjaan.
Kata matematika berasal dari kata
“mathema” dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan
atau belajar.” Disiplin utama dalam matematika di dasarkan pada kebutuhan
perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah, dan memprediksi peristiwa
dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga
pembagian umum bidang matematika yaitu studi tentang struktur, ruang, dan
perubahan. Pelajaran tentang struktur yang sangat umum dimulai dalam bilangan
natural dan bilangan bulat, serta operasi aritmatikanya, yang semuanya
dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam
dipelajari dalam teori bilangan. Ilmu tentang ruang berawal dari geometri. Dan
pengertian dari perubahan pada kuantitas yang dapat dihitung adalah suatu hal
yang biasa dalam ilmu alam dan kalkulus.
Dalam perdagangan sangat berkaitan
erat dengan matematika karena dalam perdagangan pasti akan ada perhitungan, di
mana perhitungan tersebut bagian dari matematika. Secara tidak sadar ternyata
semua orang menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti jika ada
orang yang sedang membangun rumah maka pasti orang tersebut akan mengukur dalam
menyelesaikan pekerjaannya itu. Oleh karena itu matematika sangat bermanfaat
sekali dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu karakteristik matematika
adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak ini dapat menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara
nasional maupun internasional belum menggembirakan. Dalam pembelajaran
matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep
sangat lemah.
“Menurut Jenning dan Dunne (1999)
mengatakan bahwa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan
matematika ke dalam situasi kehidupan real.” Hal ini yang menyebabkan sulitnya
matematika bagi siswa adalah karena dalam pembelajaran matematika kurang
bermakna, dan guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema
yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk
menemukan kembali ide-ide matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata,
anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas sangat penting
dilakukan agar pembelajaran matematika bermakna.
Menurut Van de Henvel-Panhuizen
(2000), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka
sehari-hari, maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan
matematika. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada
matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan
sehari-hari adalah pembelajaran Matematika dasar I.
Pembelajaran matematika relaistik
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh
Institut Freudenthal. Pembelajaran matematika harus dekat dengan anak dan
kehidupan nyata sehari-hari.
Biasanya ada sebagian siswa yang
menganggap belajar matematika harus dengan berjuang mati-matian dengan kata
lain harus belajar dengan ekstra keras. Hal ini menjadikan matematika seperti
“monster” yang mesti ditakuti dan malas untuk mempelajari matematika. Apalagi
dengan dijadikannya matematika sebagai salah satu diantara mata pelajaran yang
diujikan dalam ujian nasional yang merupakan syarat bagi kelulusan siswa-siswi
SMP maupun SMA, ketakutan siswa pun makin bertambah. Akibat dari pemikiran
negatif terhadap matematika, perlu kiranya seorang guru yang mengajar
matematika melakukan upaya yang dapat membuat proses belajar mengajar bermakna
dan menyenangkan. Ada beberapa pemikiran untuk mengurangi ketakutan siswa terhadap
matematika.
Salah satunya dengan cara
pembelajaran Matematika dasar I dimana pembelajaran ini mengaitkan dan
melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam
kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa.
Dengan pendekatan MATEMATIKA DASAR I tersebut, siswa tidak harus dibawa ke
dunia nyata, tetapi berhubungan dengan masalah situasi nyata yang ada dalam
pikiran siswa. Jadi siswa diajak berfikir bagaimana menyelesaikan masalah yang
mungkin atau sering dialami siswa dalam kesehariannya.
Pembelajaran sekarang ini selalu
dilaksanakan di dalam kelas, dimana siswa kurang bebas bergerak, cobalah untuk
memvariasikan strategi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan
lingkungan sekitar sekolah secara langsung, sekaligus mempergunakannya sebagai
sumber belajar. Banyak hal yang bisa kita jadikan sumber belajar matematika,
yang penting pilihlah topik yang sesuai misalnya mengukur tinggi pohon,
mengukur lebar pohon dan lain sebagainya.
Siswa lebih baik mempelajari sedikit
materi sampai siswa memahami, mengerti materi tersebut dari pada banyak materi
tetapi siswa tidak mengerti tersebut. Meski banyak tuntutan pencapaian terhadap
kurikulum sampai daya serap namun dengan alokasi yang terbatas. Jadi guru harus
memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya
karena hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman siswa dalam
belajar matematika.
Kebanyakan siswa, belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas dengan melakukan inovasi pembelajaran. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain memberikan kuis atau teka-teki yang harus ditebak baik secara berkelompok ataupun individu, memberikan permainan di kelas suatu bilangan dan sebagainya tergantung kreativitas guru. Jadi untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika harus dihubungkan dengan kehidupan nyata yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Kebanyakan siswa, belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas dengan melakukan inovasi pembelajaran. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain memberikan kuis atau teka-teki yang harus ditebak baik secara berkelompok ataupun individu, memberikan permainan di kelas suatu bilangan dan sebagainya tergantung kreativitas guru. Jadi untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika harus dihubungkan dengan kehidupan nyata yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Suatu pembelajaran matematika tidaklah sulit, ada cara
untuk mempermudah dalam belajar matematika yaitu dengan cara Pembelajaran
Matematika dasar I. Dimana pembelajaran ini menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam penulisan makalah ini bertujuan:
1)
Untuk mempermudah siswa dalam belajar matematika dapat
menggunakan dalam pembelajaran Matematika dasar I.
2)
Guru dalam menyampaikan materi harus mempunyai
strategi dalam pembelajaran matematika, supaya siswa tidak bosan dalam
pembelajaran matematika.
3)
Supaya siswa
mengetahui betapa menyenangkan mempelajari matematika.
4)
Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang pembelajaran
Matematika dasar I.
5)
Untuk memaparkan secara teori pembelajaran Matematika
dasar I.
6)
Untuk pengimplementasian pembelajaran Matematika dasar
I.
7)
Kaitan antara pembelajaran Matematika dasar I dengan
pengertian.
BAB
II
MATERI
POKOK
A. BARISAN
DAN DERET
Barisan adalah suatu bilangan yang dibentuk
menurut suatu urutan tertentu. Sedangkan deret adalah jumlah dari bilangan.
1. Barisan
dan Deret Aritmetika
Pengertian
Barisan aritmetika adalah suatu barisan dengan selisih (beda) antara dua
suku yang berurutan selalu tetap. Harga yang tetap ini dinamakan beda. Suatu barisan aritmetika dengan
suku pertama a dan beda b adalah
a,a + b,a + 2b,a + 3b, dan seterusnya.
Dengan memperhatikan pola keberaturan empat suku pertama,
Suku pertama = u1= a = a + ( 1 – 1 )b
Suku kedua = u 2 = a + b = a + ( 2 – 1 )b
Suku ketiga = u 3 = a + 2b = a + ( 3 – 1 )b
Suku keempat = u 3 = a + 2b = a + ( 4 – 1 )b
……………………………………………….
Maka suku ke-n suatu barisan aritmetika adalah
u n =
a + ( n – 1 )b
Contoh Soal :
Deret aritmetika adalah jumlah suku-suku
barisan aritmetika. Jika barisan aritmetikanya adalah u1 , u 2 , ….., u n , maka deret aritmetikanya adalah:
n
|
k=1
|
Suku ke-n dan jumlah suku n suku pertama deret aritmetika
Pada deret aritmetika u 1+ u 2 + …..+ u n dengan suku pertama = u1= a dan
beda deret = b, maka suku ke-n deret ini adalah u n = a + ( n – 1 )b dan jumlah n suku pertamanya adalah
S n = u1+
u 2 + …..+ u n = ½ n ( u1
+ un )=1/2 n (2a + (n-1)b)
Contoh Soal :
1. Diketahui barisan aritmatika : -3
, 2 , 7 , 12 , ....
Tentukan :
a). Suku ke-8
b). Suku ke-20
Jawab :
a = -3
b = 5
Un = a +
(n-1).b U20 = -3 + (20-1).5
U8 = -3 + (8-1).5 = -3 + 19.5
= -3 + 7.5 = 92
= 32
2. Diketahui suatu deret aritmatika : 3, 7, 11, 15,
...., hitung beda dan suku ke-7 dari contoh deret tersebut?
Jawab:
Dik :
deret : 3,7 , 11, 15, ...
Ditanya : b dan U7 ?
Penyelesaian :
b = 7-3 = 11-7 = 4
Un = a + (n-1) b
= 3 + (7-1) 4
= 3 + (6).4
= 3 + 24
= 27
Jadi beda adalah 4 dan Suku ke-7
adalah 27.
Barisan dan Deret Geometri
Pengertian
Barisan geometri adalah suatu barisan yang
mempunyai pola keberaturan hasil bagi dua
suku berturutan tetap harganya. Harga yang tetap ini
dinamakan rasio. Suatu barisan
geometri dengan suku pertama a dan rasio r adalah
a, ar, ar 2 , ar 3 , dan seterusnya
dengan memperhatikan pola keberaturan empat suku
pertamanya. Suku pertama = u 1= a = ar 0= ar 1−1
Suku kedua = u 2 = ar = ar 2−1
Suku ketiga = u 3 = ar 2 = ar 3−1
Suku keempat = u 4 = ar 3 = ar 4−1
………………………………………..
maka suku ke-n suatu barisan geometri adalah
u n = ar n−1
deret geometri adalah jumlah suku-suku barisan geometri.
Jika barisan geometrinya adalah :
n
|
k=1
|
Suku ke-n dan jumlah n suku pertama deret geometri
Pada deret geometri u 1+ u 2 + …..+ u n dengan suku pertama = u 1= a dan
rasio deret = r ,
dengan r _ 1, maka suku ke-n deret ini adalah u n = ar n−1 dan jumlah n suku pertamanya
adalah
S n =
u1+ u 2 + …..+ u n = a + ar +
ar 2 + …..+ ar n−1 = a .1- rn
1
- r
Contoh Soal :
1. Carilah suku ke 8 dari barisan di bawah ini !
a) 2,4,8,16,32,... b) 2,1,1/2,1/4,1/8,...
2. Diketahui barisan geometri dengan U3 = 27 dan U5 = 243. Berapakah 6 suku pertama
deret tersebut?
Penyelesaian :
1. a) U1 = 4 U8 = U1 . r8-1 = 2 . 27 = 2 . 128 = 256
U2 = 2
r = U2 : U1
= 4 : 2
= 2
b) U2 = 1 U8 = U1 . r8-1 = 2 . (1/2)7 = 2 x 1/128 = 1/64
U1 = 2
r = U2 : U1
= 1 : 2
= 1/2
2. U3 = a . r3-1 = a . r2 = 27 27 = U1 . (3)3-1
U5 = a . r5-1 = a . r4 = 243 27 = U1 . 32
27 = U1 . 9
U5/U3 = a . r4 / a . r2 = 243/27
r2 = 9 U1 = 27 : 9 = 3
r = 3
S15 = 3 ( 36 - 1) / 3-1 = 3 (729-1) / 2 = 3 (728) /2 = 1092
a) 2,4,8,16,32,... b) 2,1,1/2,1/4,1/8,...
2. Diketahui barisan geometri dengan U3 = 27 dan U5 = 243. Berapakah 6 suku pertama
deret tersebut?
Penyelesaian :
1. a) U1 = 4 U8 = U1 . r8-1 = 2 . 27 = 2 . 128 = 256
U2 = 2
r = U2 : U1
= 4 : 2
= 2
b) U2 = 1 U8 = U1 . r8-1 = 2 . (1/2)7 = 2 x 1/128 = 1/64
U1 = 2
r = U2 : U1
= 1 : 2
= 1/2
2. U3 = a . r3-1 = a . r2 = 27 27 = U1 . (3)3-1
U5 = a . r5-1 = a . r4 = 243 27 = U1 . 32
27 = U1 . 9
U5/U3 = a . r4 / a . r2 = 243/27
r2 = 9 U1 = 27 : 9 = 3
r = 3
S15 = 3 ( 36 - 1) / 3-1 = 3 (729-1) / 2 = 3 (728) /2 = 1092
B.
TURUNAN
1.
Pengertian
Turunan fungsi ( diferensial ) adalah fungsi lain dari suatu fungsi sebelumnya,
misalnya fungsi f menjadi f' yang
mempunyai nilai tidak beraturan. Konsep turunan sebagai bagian utama dari
kalkulus dipikirkan pada saat yang bersamaan oleh Sir Isaac Newton ( 1642 – 1727 ), ahli matematika dan fisika bangsa Inggris dan Gottfried
Wilhelm Leibniz ( 1646
– 1716 ), ahli matematika bangsa Jerman. Turunan ( diferensial ) digunakan sebagai suatu alat untuk
menyelesaikan berbagai masalah dalam geometri dan mekanika.
Aturan menentukan
turunan fungsi
Turunan
dapat ditentukan tanpa proses limit. Untuk keperluan ini dirancang teorema
tentang turunan dasar, turunan dari operasi aljabar pada dua fungsi, aturan
rantai untuk turunan fungsi komposisi, dan turunan fungsi invers.
Turunan dasar
Aturan - aturan dalam turunan fungsi adalah :
- f(x), maka f'(x) = 0
- Jika f(x) = x, maka f’(x) = 1
- Aturan pangkat : Jika f(x) = xn, maka f’(x) = n X n – 1
- Aturan kelipatan konstanta : (kf) (x) = k. f’(x)
- Aturan rantai : ( f o g ) (x) = f’ (g (x)). g’(x))
Turunan jumlah,
selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua fungsi
Misalkan fungsi f dan g terdiferensialkan
pada selang I, maka fungsi f + g, f – g, fg, f/g, ( g (x) ≠ 0 pada I )
terdiferensialkan pada I dengan aturan :
- ( f + g )’ (x) = f’ (x) + g’ (x)
- ( f – g )’ (x) = f’ (x) + g’ (x)
- (fg)’ (x) = f (x) g’(x) + g’(x) f(x)
- ((f)/g )’ (x) = (g(x) f' (x)- f(x) g' (x))/((g(x)2)
2. Turunan Aljabar dan Trigonometri
Turunan fungsi
trigonometri
- d/dx ( sin x ) = cos x
- d/dx ( cos x ) = - sin x
- d/dx ( tan x ) = sec2 x
- d/dx ( cot x ) = - csc2 x
- d/dx ( sec x ) = sec x tan x
- d/dx ( csc x ) = -csc x cot x
Turunan fungsi invers
(f-1)(y) = 1/(f' (x)), atau dy/dx =
1/(dx/dy)
Turunan Fungsi Aljabar
Materi Turunan (derivatif) mencakup
materi turunan fungsi aljabar,turunan fungsi trigonometri, gradien garis
singgung dan persamaan garis singgung pada suatu kurva tertentu, titik
stasioner, fungsi naik dan fungsi turun. Lumayan banyak juga,yah…kita coba
mulai dari fungsi aljabar dulu.
Turunan fungsi f ‘ (x) didefinisikan sebagai :
Rumus-rumus Turunan :
untuk a = konstanta
- maka
- maka
- maka
jika U = u(x) dan V = v(x) adalah suatu
fungsi
- maka
- maka
- maka
- maka
- maka dinamakan aturan rantai
Contoh dan pembahasan turunan fungsi:
·
Diketahui
f(x) = 2x3 + 3x – 4
Tentukan turunannya ...
Penyelesaian :
f(x) = 2x3 +3x-4
f’(x) = 2 . 3x3-1
+ 3 . 1x 1-1 -0
f’(x) = 6x2 +
3
·
Diketahui f’(x)
adalah turunan dari f(x)
f(x) = 5x3
+ 2x2 + 6x + 12
Nilai f’(x)
adalah....
Penyelesaian :
f(x) = 5x3 +2x2 + 6x + 12
f’(x) = 15x2+ 4x +6
f’(3) = 15 . 32 +4 . 3 + 6
=
135 + 12 + 6
=
153
·
Diketahui fungsi f(x)
= 3x4 + 2x3 - x + 2 dan f’(x) adalah turunan
pertama dari f(x). Nilai dari f’( 1) adalah...
Penyelesaian :
f (x) = 3x4 + 2x3
– x + 2
f’ (x) = 12x 3 +
6x2 – 2
f’(1) = 12 + 6 + 2
= 18 – 2
=16
·
Diketahui fungsi f(x)
= x5 +10x4 +5x2 -3x-10 dan f’ adalah turunan
pertama dari f. Nilai f’ (1) adalah....
Penyelesaian :
f(x) = x5 +10x4
+5x2-3x-10
f’(x) = 5x4 +
40x3 + 10x-3-10
f’(1)= 5.1 + 40.1 + 10.1 –
3 − 10
= 5 + 40 +10 – 3 – 10
= 42
·
Turunan pertama
fungsi f(x) =(3x 2-5)4 adalah f’(x) =....
Penyelesaian :
f(x) =(3x 2-5)4
f’(x) = (6x – 5 )4
·
Diketahui f(x)
= x6 + 12x4 +2x2 – 6x + 8
Dan f’(x) adalah
turunan pertama dari f(x). Nilai f’(1) adalah....
Penyelesaian:
f(x) = x6 + 12x4 +2x2 – 6x + 8
f’(x)= 6x5 + 48x3 – 6 + 8
f’(1)= 6.1 + 48.1 – 6 + 8
= 6 + 48 – 6 + 8
= 56
Turunan pertama dari f(x) = 2x3 + 3x2
– x + 2 adalah f’(x)
Nilai f’(1) adalah....
Penyelesaian:
f(x) = 2x3 + 3x2 – x + 2
f’(x) = 6x2 + 6x – 1 + 2
f’(1) = 6.1 + 6.1 – 1 +
= 6 + 6 – 1 +2
= 13
·
Diketahui f(x) = 6x4
– 2x3 + 3x2 – x – 3 dan f’(x) adalah turunan
pertama dari f(x).
Nilai f’(1) adalah....
Penyelesaian:
f(x) = 6x4 – 2x3 + 3x2 – x –
3
f’(x) = 24x3 – 6x2 + 6x – 1
– 3
f’(1) = 24.1 – 6.1 + 6.1 – 1 -3
= 24 – 6 + 6 -1 -3
= 20
·
Diketahui y =
3x4 -2x5 – 1/2x6 -51-3
Ditanya : turunannya
Penyelesaian :
y’ =12x4-1 – 2. 5x5 -1 – 1/2 .6x6-1 –
5.1x 1-1 - 0
= 12x3 -10x4 -3x5
-5
·
Diketahui f(x) = (x –
2)2
Turunannya?
Penyelesaian :
f(x) = (x – 2)2 = x2 – 4x + 4
f(x) = x2 – 4x + 4
f’(x) = 2x2-1 – 4x1-1 + 0
f’(x) = 2x –
4
maka
maka
C. FUNGSI NAIK DAN FUNGSI TURUN
Fungsi Naik :
Suatu fungsi f disebut naik dalam suatu interval
jika untuk setiap nilai x1
dan x2 pada interval itu,
berlaku jika x1<x2 maka
f(x1)<f(x2)
Fungsi Turun :
Suatu fungsi f disebut turun pada suatu interval
untuk setiap nilai x1 dan x2 dalam interval itu, berlaku
jika x1 < x2 maka
f(x1)> f(x2)
Dalam menentukan interval naik dan turun
sebuah fungsi (x),tahap – tahap pengerjaannya yaitu :
a.
Menentukan
turunan pertama dari fungsi (x)
b.
Menentukan
batas – batas interval
c.
Menentukan
garis bilangan
Fungsi Naik, Fungsi Turun &
Turunan Pertama :
Perhatikan gambar:
Dari gambar terlihat bahwa ;
Jika fungsi naik,
gradien garis singgung positif àturunan pertama positif.
Jika fungsi turun,
gradien garis singgung negatif àturunan pertama negatif.
Jadi turunan pertama
dapat dipakai untuk melihat apakah sebuah fungsi (sedang) naik atau turun.
Contoh :
Diketahui fungsi f(x) = 2x3 – 9x2 + 12x + 10.
Tentukan dalam inteval mana fungsi f(x) turun ?
f’x = 6x2 – 18x + 12
Menentukan batas – batasnya = 6x2 – 18x + 12 = x2
– 3x + 2
6
f’ = 0
x2
– 3x + 2 → Faktornya → (x-1) (x-2) →
x = 1 , x = 2
+ - +
1 2
x = 1 x = 2
x < 1
↓ x > 2 = Fungsi naik
1 <
x < 2 = Fungsi turun
D. MATRIKS
Matrik adalah
kumpulan bilangan berbentuk persegi panjang yang disusun menurut baris dan
kolom. Bilangan-bilangan yang terdapat di suatu matriks disebut dengan elemen
atau anggota matriks. Dengan representasi matriks, perhitungan dapat dilakukan
dengan lebih terstruktur. Pemanfaatannya misalnya dalam menjelaskan persamaan
linier, transformasi koordinat, dan lainnya. Matriks seperti halnya variabel
biasa dapat dikalkulasi, seperti dikalikan, dijumlah, dikurangkan dan
didekomposisikan.
ORDO
Ordo suatu matriks adalah bilangan yang menunjukkan
banyaknya baris (m) dan banyaknya kolom (n).
Matriks di atas berordo 2x3.
Matriks di atas berordo 2x3.
TRANSPOSE MATRIKS
Transpose matriks
adalah matriks yang mengalami pertukaran elemen dari baris menjadi kolom dan
sebaliknya.
CONTOH :
maka matriks transposenya (At) adalah :
CONTOH :
maka matriks transposenya (At) adalah :
KESAMAAN MATRIKS
Dua matriks A dan B
dikatakan sama (ditulis A = B), jika
a. Ordonya sama
b. Elemen-elemen yang seletak sama
Contoh:
Tentukan nilai 2x-y+5z!
Jawab:
a. Ordonya sama
b. Elemen-elemen yang seletak sama
Contoh:
Tentukan nilai 2x-y+5z!
Jawab:
maka
maka
maka
Penjumlahan dan pengurangan matriks
Penjumlahan dan pengurangan matriks hanya dapat
dilakukan apabila kedua matriks memiliki ukuran atau ordo yang sama.
Elemen-elemen yang dijumlahkan atau dikurangi adalah elemen yang posisi atau
letaknya sama.
atau dalam representasi dekoratfinya
Perkalian Skalar
Matriks dapat dikalikan dengan sebuah skalar.
Matriks dapat dikalikan dengan sebuah skalar.
Contoh perhitungan :
Perkalian matriks
Matriks dapat
dikalikan, dengan cara tiap baris dikalikan dengan tiap kolom, lalu dijumlahkan
pada baris yang sama. Namun dengan syarat, dua matriks A dan B terdefinisi
untuk dikalikan, jika banyaknya
kolom A = banyaknya baris B,
dengan hasil suatu matriks C yang berukuran (memiliki ordo) baris A x kolom B.
Jika syarat tersebut tidak dipenuhi (jumlah kolom matriks A tidak sama dengan jumlah bari matriks B) maka kedua matriks tersebut tidak dapat dikalikan.
Jika syarat tersebut tidak dipenuhi (jumlah kolom matriks A tidak sama dengan jumlah bari matriks B) maka kedua matriks tersebut tidak dapat dikalikan.
A m x n x B n
x p = C m x p
(jumlah kolom matriks A sama dengan jumlah baris kolom B yaitu n)
Contoh perhitungan :
diatas adalah matriks 2x3 dikali matriks 3x2 yang hasilnya adalah matriks 2x2.
Ket :
perkalian matriks bersifat tidak komutatif (AxB tidak sama dengan BxA) tetapi bersifat asosiatif (AxB)xC = Ax(BxC).
diatas adalah matriks 2x3 dikali matriks 3x2 yang hasilnya adalah matriks 2x2.
Ket :
perkalian matriks bersifat tidak komutatif (AxB tidak sama dengan BxA) tetapi bersifat asosiatif (AxB)xC = Ax(BxC).
MATRIKS SATUAN
Matriks satuan adalah suatu
matriks bujur sangkar, yang semua elemen diagonal utamanya adalah 1,
sedangkan elemen lainya adalah 0.
Notasi : I (Identitas)
SIFAT AI = IA = A
Notasi : I (Identitas)
SIFAT AI = IA = A
DETERMINAN MATRIKS
MATRIKS ORDO 2X2
Misalkan:
maka Determinan A (ditulis ) adalah:
MATRIKS ORDO 3X3
CARA SARRUS
Misalkan:
Jika
maka tentukan !
MATRIKS ORDO 2X2
Misalkan:
maka Determinan A (ditulis ) adalah:
MATRIKS ORDO 3X3
CARA SARRUS
Misalkan:
Jika
maka tentukan !
Penghitungan matriks
dilakukan dengan cara menambahkan elemen dari kiri atas ke kanan bawah (mulai
dari a → e → i, b → f → g, dan c → d → h) lalu dikurangi dengan elemen dari
kanan atas ke kiri bawah (mulai dari c → e → g, a → f → h, dan b → d → i)
sehingga menjadi:
Contoh:
maka tentukan !
CARA EKSPANSI BARIS KOLOM
Misalkan:
maka tentukan dengan ekspansi baris pertama!
Misalkan:
maka tentukan dengan ekspansi baris pertama!
MATRIKS SINGULAR
Matriks singular adalah matriks yang nilai determinannya 0.
Contoh:
Jika A matriks singular, tentukan nilai x!
Jawab:
Matriks singular adalah matriks yang nilai determinannya 0.
Contoh:
Jika A matriks singular, tentukan nilai x!
Jawab:
vs
MATRIKS INVERS
Misalkan:
maka inversnya adalah:
Misalkan:
maka inversnya adalah:
·
Bilangan (ad-bc)
disebut determinan dari matriks A
·
Matriks A mempunyai
invers jika Determinan A ¹ 0 dan disebut matriks non singular.
Sifat-Sifat :
1. (At)t = A
2. (A + B)t = At + Bt
3. (A . B)t = Bt . At
4. (A . B)-1 = B-1 . A-1
5. A . A-1 = A-1 . A = I
Persamaan matriks
Tentukan X matriks dari persamaan:
1. (At)t = A
2. (A + B)t = At + Bt
3. (A . B)t = Bt . At
4. (A . B)-1 = B-1 . A-1
5. A . A-1 = A-1 . A = I
Persamaan matriks
Tentukan X matriks dari persamaan:
·
Jika diketahui
matriks A.X=B
·
Jika diketahui
matriks X.A=B
E. BILANGAN REAL
Bilangan real adalah semua bilangan yang dapat ditemukan pada garis
bilangan dengan cara penghitungan, pengukuran, atau bentuk geometrik. Bilangan
–bilangan tersebut ada di dunia nyata. Ada berbagai macam bilangan yang
termasuk dalam bilangan nyata.
A.
Macam-macam bilangan real
1. Bilangan Asli (A)
Bilangan asli
adalah suatu bilangan yang mula-mula dipakai untuk
membilang.
Bilangan asli dimulai dari 1,2,3,4,…
A = {1,2,3,4,…}
2. Bilangan Genap (G)
Bilangan genap
dirumuskan dengan 2n, nÎA
G = {2,4,6,8,…}
3. Bilangan Ganjil (Gj)
Bilangan ganjil
dirumuskan dengan 2n -1, nÎA
Gj = {1,3,5,7,…}
4. Bilangan Prima (P)
Bilangan prima
adalah suatu bilanganyang dimulai dari 2 dan
hanya dapat dibagi
oleh bilngan itu sendiri dan ± 1
P = {2,3,5,7,…}
5. Bilangan Komposit (Km)
Bilangan komposit
adalah suatu bilangan yang dapat dibagi oleh
bilangan yang lain
Km = {4,6,8,9,…}
6. Bilangan Cacah (C)
Bilangan Cacah
adalah suatu bilangan yang dimulai dari nol
C = {0,1,2,3,4,…}
7. Bilangan Bulat (B)
Bilangan bulat
terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan
bilangan bulat
positif.
B =
{…,-4,-3,-2,-1,0,1,2,3,4,…}
8. Bilangan Pecahan (Pc)
Bilangan pecahan
adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk a/b, a sebagai pembilang dan b
sebagai penyebut,
dengan a dan b ÎB
serta b ≠0
Contoh:
9. Bilangan Rasional (Q)
Bilangan rasional
adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk , a dan
b ÎB serta b ≠0. (Gabungan bilangan bulat
dengan himpunan
bilangan pecahan)
Contoh:
10. Bilangan Irasional (I)
Bilangan irasional
adalah suatu bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dalam
bentuk , a dan b ÎB serta b ≠0.
Contoh: π =
3,14159…, e = 2,71828….
11. Bilangan Real (R)
Bilangan real
adalah suatu bilangan yang terdiri dari bilangan
rasional dan
bilangan irasional. Bilangan real biasanya disajikan
dengan sebuah
garis bilangan.
Contoh:
-1
-2
-3
0
1
2
3 4
12. Bilangan Khayal (Kh)
Bilangan khayal
adalah suatu bilangan yang hanya bisa
dikhayalkan dalam
pikiran, tetapi kenyataannya tidak ada.
Contoh:
13. Bilangan Kompleks (K)
Bilangan Kompleks
adalah suatu bilangan yang terdiri dari bilangan
dan khayal.
Contoh: 2 +
B. Sifat-sifat Operasi
Bilangan Bulat
a.
Sifat Komutatif:
a + b = b + a
a.b = b.a
Contoh:
1. 5 + 6 = 6 + 5 =
11
2. 9 . 3 = 3
. 9 = 27
b.
Sifat Assosiatif:
(a + b) + c = a +
(b + c)
(a . b) . c = a .
(b . c)
Contoh:
1. (5 + 2) + 3 = 5
+ (2 + 3) = 10
2. (5 x 2) x 3 = 5
x (2 x 3) = 30
c.
Sifat Distributif Perkalian Terhadap Penjumlahan
a x (b + c) = ab +
ac
Contoh:
5 x (3 + 6) = 5 .
3 + 5 . 6= 15 + 30= 45
d.
Terdapat Dua Elemen Identitas
Setiap bilangan a
mempunyai dua elemen identitas, yaitu 1 dan 0,
sehingga memenuhi:
a + 0 = a
a . 1 = a
e.
Terdapat Elemen Invers
Setiap bialngan a
mempunyai balikan atau invers penjumlahan, yaitu –
a yang memenuhi:
a + (-a) = 0
Setiap a ≠ 0 mempunyai balikan
perkalian.
F. Bilangan Bulat dengan Eksponen Bilangan Bulat Positif
Masih ingat bentuk berikut :
32 = 3 x 3
23 = 2 x 2 x 2
56 = 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5
Demikian seterusnya sehingga diperoleh bentuk umum sebagai berikut.
32 = 3 x 3
23 = 2 x 2 x 2
56 = 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5
Demikian seterusnya sehingga diperoleh bentuk umum sebagai berikut.
Dengan a bilangan bulat dan n bilangan bulat positif Dari pengertian di
atas akan diperoleh sifat-sifat berikut.
Sifat 1
an x an = am + n
24 x 23 = (2 x 2 x 2 x 2 )x(2 x 2 x 2 )
= 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2
= 27
= 24+3
an x an = am + n
24 x 23 = (2 x 2 x 2 x 2 )x(2 x 2 x 2 )
= 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2
= 27
= 24+3
Sifat 2
am : an = am – n, m > n
55 : 53 = (5 x 5 x 5 x 5 x 5) : (5 x 5 x 5)
= 5 x 5
= 52
= 55 – 3
am : an = am – n, m > n
55 : 53 = (5 x 5 x 5 x 5 x 5) : (5 x 5 x 5)
= 5 x 5
= 52
= 55 – 3
Sifat 3
(am)n = am x n
(34)2 = 34 x 34
= (3 x 3 x 3 x 3) x (3 x 3 x 3 x 3)
= (3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3)
= 38
= 34 x 2
(am)n = am x n
(34)2 = 34 x 34
= (3 x 3 x 3 x 3) x (3 x 3 x 3 x 3)
= (3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3)
= 38
= 34 x 2
Sifat 4
(a x b)m = am x bm
(4 x 2)3 = (4 x 2) x (4 x 2) x (4 x 2)
= (4 x 4 x 4) x (2 x 2 x 2)
= 43 x 23
(a x b)m = am x bm
(4 x 2)3 = (4 x 2) x (4 x 2) x (4 x 2)
= (4 x 4 x 4) x (2 x 2 x 2)
= 43 x 23
Sifat 5
(a : b)m = am : bm
(6 : 3) 4 = (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3)
= (6 x 6 x 6 x 6) : (3 x 3 x 3 x 3)
= 64 : 34
(a : b)m = am : bm
(6 : 3) 4 = (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3)
= (6 x 6 x 6 x 6) : (3 x 3 x 3 x 3)
= 64 : 34
Bilangan Bulat dengan Eksponen Bilangan Bulat Negatif
Dari pola bilangan itu dapat disimpulkan bahwa 20 = 1 dan 2-n
= 1/2n , secara umum dapat ditulis :
Pecahan Berpangkat Bilangan Bulat
Kita telah mengetahui bahwa pecahan adalah bilangan dalam bentuk dengun a dan b bilangan bulat (b ≠ 0). Bagaimanakah jika pecahan dipangkatkan dengan bilangan bulat? Untuk menentukan hasil pecahan yang dipangkatkan dengan bilangan bulat, caranya sama dengan menentukan hasil bilangan bulat yang dipangkatkan dengan bilangan bulat.
Kita telah mengetahui bahwa pecahan adalah bilangan dalam bentuk dengun a dan b bilangan bulat (b ≠ 0). Bagaimanakah jika pecahan dipangkatkan dengan bilangan bulat? Untuk menentukan hasil pecahan yang dipangkatkan dengan bilangan bulat, caranya sama dengan menentukan hasil bilangan bulat yang dipangkatkan dengan bilangan bulat.
Contoh:
Tentukan hasil berikut ini!
Tentukan hasil berikut ini!
FUNGSI EKSPONEN DAN BENTUK AKAR
I. Eksponen Bulat positif
Jika a adalah bilangan real dan m merupakan bilangan bulat positif maka bentuk a pangkat m merupakan perkalian m faktor yang setiap faktornya adalah a. Secara umum dinyatakan :
I. Eksponen Bulat positif
Jika a adalah bilangan real dan m merupakan bilangan bulat positif maka bentuk a pangkat m merupakan perkalian m faktor yang setiap faktornya adalah a. Secara umum dinyatakan :
Berdasarkan
penjelasan diatas, berlaku rumus-rumus berikut ini, misalkan a, b elemen real
dan p, q merupakan bilangan bulat
positif. Maka :
II. Eksponen Rasional
Bilangan pangkat rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk dengan ketentuan m, n adalah bilangan bulat, Sehingga bilangan berpangkat rasional adalah bilangan yang berpangkat pecahan. Eksponen rasional secara umum dapat ditulis :
G. Bentuk Akar dan Bilangan Berpangkat Pecahan
Bilangan Rasional dan Irasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0.
Bilangan rasional merupakan gabungan dari bilangan bulat, nol, dan pecahan.
Contoh bilangan rasional adalah -5, -1/2, 0, 3, 3/4,
dan 5/9.
Sebaliknya, bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat
dan b ≠ 0.
Contoh bilangan irasional adalah . Bilangan-bilangan tersebut, jika dihitung dengan kalkulator merupakan desimal yang tak berhenti atau bukan desimal yang berulang. Misalnya
Contoh bilangan irasional adalah . Bilangan-bilangan tersebut, jika dihitung dengan kalkulator merupakan desimal yang tak berhenti atau bukan desimal yang berulang. Misalnya
√2 = 1,414213562 …. Selanjutnya, gabungan anrara bilangan rasional dan
irasional disebut bilangan real.
Bentuk Akar
Bentuk akar adalah akar dari suatu
bilangan yang hasilnya bukan bilangan Rasional. Bentuk akar dapat
disederhanakan menjadi perkalian dua buah akar pangkat bilangan dengan salah
satu akar memenuhi definisi
√a2 = a jika a ≥ 0, dan –a jika a < 0
√a2 = a jika a ≥ 0, dan –a jika a < 0
Contoh :
Sederhanakan bentuk akar berikut √75
Jawab :
√75 = √25×3 = √25 x √3 = 5√3
Sederhanakan bentuk akar berikut √75
Jawab :
√75 = √25×3 = √25 x √3 = 5√3
Mengubah Bentuk Akar Menjadi Bilangan Berpangkat Pecahan dan Sebaliknya
Bentuk √a dengan a bilangan bulat
tidak negatif disebut bentuk akar kuadrat dengan syarat tidak ada bilangan yang
hasil kuadratnya sama dengan a. oleh karena itu √2,√3, √5, √10, √15 dan √19
merupakan bentuk akar kuadrat. Untuk selanjutnya, bentuk akar n√am
dapat ditulis am/n (dibaca: a pangkat m per n). Bentuk am/n
disebut bentuk pangkat pecahan.
Jawab :
Sifat-sifat Bentuk Akar
a. Menyederhanakan
Bentuk Akar
Bilangan bentuk akar
dapat disederhanakan dengan menggunakan sifat perkalian akar di bawah ini.
Untuk a, b suatu bilangan bulat positif berlaku :
b.
Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
Untuk a, b, elemen R dan c adalah bilangan rasional bukan
negatif berlaku :
c. Perkalian Bentuk Akar
Untuk a, b, adalah bilangan rasional bukan negatif berlaku :
d. Pembagian Bentuk Akar
Untuk a, b, adalah bilangan rasional bukan negatif berlaku :
e. Merasionalkan Penyebut Pecahan Dalam Bentuk Akar:
H. Operasi Aljabar pada Bentuk Akar
Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan dan pengurangan pada
bentuk akar dapat dilakukan jika memiliki suku-suku yang sejenis.
kesimpulan :
jika a, c = Rasional dan b ≥ 0, maka berlaku
jika a, c = Rasional dan b ≥ 0, maka berlaku
a√b + c√b = (a + c)√b
a√b – c√b = (a – c)√b
Perkalian dan Pembagian
Contoh :
Tentukan hasil operasi berikut :
Tentukan hasil operasi berikut :
jawab :
Perpangkatan
Kalian tentu masih ingat bahwa (a^)” =
a^’. Rumus tersebut juga berlaku pada operasi perpangkatan dari akar suatu
bilangan.
Contoh:
Contoh:
Operasi Campuran
Dengan memanfaatkan sifat-sifat pada
bilangan berpangkat, kalian akan lebih mudah menyelesaikan soal-soal operasi
campuran pada bentuk akarnya. Sebelum melakukan operasi campuran, pahami urutan
operasi hitung berikut.
- Prioritas yang didahulukan pada operasi bilangan adalah bilangan-bilangan yang ada dalam tanda kurung.
- Jika tidak ada tanda kurungnya maka
- pangkat dan akar sama kuat;
- kali dan bagi sama kuat;
- tambah dan kurang sama kuat, artinya mana yang lebih awal dikerjakan terlebih dahulu;
- kali dan bagi lebih kuat daripada tambah dan kurang, artinya kali dan bagi dikerjakan terlebih dahulu.
Contoh :
Merasionalkan Penyebut
Agar nilai pecahan tersebut lebih sederhana maka penyebutnya harus
dirasionalkan terlebih dahulu. Artinya tidak ada bentuk akar pada penyebut
suatu pecahan. Penyebut dari pecahan-pecahan yang akan dirasionalkan
berturut-turut adalah
Merasionalkan penyebut adalah mengubah pecahan dengan penyebut bilangan
irasional menjadi pecahan dengan penyebut bilangan rasional.
Penyebut Berbentuk √b
Jika a dan b adalah bilangan rasional, serta √b adalah bentuk akar maka
pecahan a/√b dapat dirasionalkan penyebutnya dengan cara
mengalikan pecahan tersebut dengan √b/√b .
Contoh :
Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya!
Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya!
Jawab :
Penyebut Berbentuk (a+√b) atau (a+√b)
Jika pecahan-pecahan mempunyai
penyebut berbentuk (a+√b) atau (a+√b) maka pecahan tersebut dapat dirasionalkan
dengan cara mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan sekawannya. Sekawan
dari (a+√b) adalah (a+√b) adalah dan sebaliknya.
Bukti
Bukti
Contoh :
Rasionalkan penyebut pecahan berikut.
Jawab :
Penyebut Berbentuk (√b+√d) atau (√b+√d)
Pecahan tersebut dapat dirasionalkan
dengan mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan bentuk akar sekawannya,
yaitu sebagai berikut.
Contoh:
Selesaikan soal berikut!
Jawab :
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Faktor
terpenting dalam adalah memahami konsep dan definisi materi itu sendiri dan
juga bagiannya.
B. Saran
Untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa perlu dikembangkan pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa,
mengkondisikan siswa sehingga dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan
menggunakan modelmodel yang dikembangkan sendiri oleh siswa.Namun demikian dalam
implementasinya di sekolah tidaklah mudah, sehingga perlu kerja keras para guru
dan siswa. Keberhasilan implementasi tergantung pada kemampuan guru untuk
membuat suatu iklim dimana siswa mau mencoba berpikir dengan cara baru dan mengkomunikasikannya
dengan orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Rahmat, et al. (2006). Belajar
Matematika dengan Orientasi Penemuan dan Pemecahan Masalah. Bandung:
Sarana Pancakarya.
Ruseffendi. (1992). Pendidikan
Matematika 3. Jakarta: Depdikbud
Sinaga, M. et al. (2006). Terampil
Berhitung Matematika untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar